BerandaSejarahMenelusuri Makna Sang Dwiwarna...

Menelusuri Makna Sang Dwiwarna (1)

Terbaru

Namun bendera Pusaka tersebut bukan di jahit dalam semalam sebelum proklamasi, seperti dikutip dari laman setneg.go.id, kisah ini berawal dari Ibu Fatmawati, Ibu Negara Republik Indonesia pertama.

Hard Cover Book with Hand Mockup scaled
Dalam buku Catatan Kecil Bersama Bung Karno, Bagian 1, terbitan PT Delta Rohita, pada tahun 1978, Ibu Fatmawati mengisahkan kronologi pembuatan Sang Dwiwarna. (desain:dp)

Dalam buku kumpulan catatan kecilnya yang diberi judul Catatan Kecil Bersama Bung Karno, Bagian 1, terbitan PT Delta Rohita, pada tahun 1978, Ibu Fatmawati menjelaskan bahwa kain untuk Bendera Pusaka merupakan pemberian Pimpinan Barisan Propaganda Jepang, Hitoshi Shimizu melalui pemuda bernama Chairul Basri.

Berkenaan dengan pengumuman Perdana Menteri Kuniaki Koiso pada 7 September 1944 yang menjanjikan bahwa Jepang akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia pada masa itu, dua blok kain merah dan putih berbahan katun asal Jepang yang diberikan pada Oktober 1944 kemudian dijahit dengan mesin jahit tangan, dan disulap menjadi sebuah bendera.

1420389603
Foto ketika istri Presiden Soekarno, Ibu Fatmawati memperagakan ketika menjahit bendera pusaka merah putih pada bulan Oktober 1945. (foto:net)

Dengan ukuran lebar 2/3 (dua-pertiga) dari panjangnya, Bendera Negara memiliki rasio warna merah dan putih sebesar 2:3.

Bak ramalan yang tepat sasaran, kurang dari setahun kemudian, Bendera Pusaka dinaikkan pertama kali di rumah Presiden Soekarno, di Jalan Pengangsaan Timur 56 Jakarta, setelah Presiden Soekarno membacakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada Jumat, 17 Agustus 1945.

Bendera dinaikkan pada tiang bambu oleh Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) yang dipimpin Kapten Latief Hendraningrat.

Saat Bendera Pusaka dinaikkan, lagu Indonesia Raya pun dinyanyikan secara bersama-sama. (Bersambung)

Trending Minggu Ini

Kamu mungkin juga suka