BerandaHabar Provinsi KaltimHilal Tak Terlihat di...

Hilal Tak Terlihat di Samarinda

Terbaru

SAMARINDA. Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Kaltim menyebutkan, awal bulan Ramadhan 1445 Hijriah  2024 Masehi masih menunggu keputusan Kemenag RI.

Kanwil Kemenag Kaltim menggelar rukyatul hilal atau pemantauan bulan guna penetapan tanggal 1 Ramadan.

Dalam hasil pantauan tersebut, hilal di Samarinda berada pada ketinggian 0,18 derajat, dengan elongasi 12 derajat.

Kepala Kanwil Kemenag Kaltim, Abdul Khaliq melalui Kepala Seksi Bimas Islam Kemenag Kota Samarinda, Ikhwan Saputra menyampaikan, usai melaksakan proses pengamatan hilal yang berlangsung di gedung Plaza Mulia Samarinda, pihaknya akan segera melaporkan ke Kemenag Pusat.

“Jadi pengamatan hilal ini dilaksakan juga di beberapa titik di kabupaten kota yang ada di Indonesia, dan jika ada di salah satu kabupaten, maka bisa jadi puasa akan dilaksanakan Selasa 12 Maret ,” ujar Ikhwan, Minggu (10/3/2024).

Tapi menurutnya, ketetapan puasa pada tanggal 11 atau 12 Maret 2024 yang akan datang merupakan ketetapan sidang Isbat, maka dari itu menurutnya saat ini masyarakat silakan menunggu putusan sidang dari hasil laporan tiap-tiap daerah.

Ikhwan menerangkan, terkhusus di Kota Samarinda sesuai hasil laporan dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) hilal di Kaltim masih belum nampak.

“Menurut pantauan BMKG hilal di Samarinda ada pada ketinggian 0,8 derajat, dan memang kriteria hilal yang bisa menjadi patokan awal Ramadan ada pada ketinggian 3 derajat, dan elongasi  6,4 derajat. Sedangkan di daerah kita ini mulai pagi tadi berkabut yang lumayan tebal disertai mendung,” ucapnya.

Lebih lanjut, saat ditanyakan adanya potensi perbedaan waktu awal berpuasa, Ikhwan menanggapi bahwa hal tersebut merupakan suatu yang lumrah di tiap tahunnya.

“Selama tidak saling memaksakan atau merasa kebenaran sendiri, jadi mari kita saling menghormati saudara-saudara kita yang melaksanakan ibadah puasa pada hari Senin,” katanya.

Dia menegaskan, penting ada rasa saling menghargai dan menghormati karena beberapa kelompok Islam lainnya mempunyai dasar dalam perhitungan untuk menentukan awal Ramadan.

“Beberapa kelompok ada yang berpatokan pada sedikit saja kelihatan bulan bisa jadi sudah masuk bulan baru (awal bulan), tetapi kita tetap bersepakat berdasarkan kesepakatan Menteri Agama Indonesia, Brunei Darussalam, Malaysia, serta Singapura bahwa kriteria kita penetapan awal bulan pada 3 derajat dengan elongasi 6,4,” terangnya. 

Trending Minggu Ini

Kamu mungkin juga suka