SANGASANGA. Kobaran api besar tiba tiba terjadi di salah satu mesin pembangkit yang ada di Pabrik Nikel milik PT Kalimantan Ferro Industri (KFI) yang berada di Sangasanga, Kutai Kartanegara, Rabu (11/10) kemarin.
Adapun penyebab api kebakaran hingga kini belum bisa dipastikan secara pasti, namun pihak PT KFI pun menyebut bahwa kebakaran bagian dari commisioning, bukan berada di pabrik, namun di stok pump pencampuran batubara. Hal itu disampaikan langsung oleh Owner Representative., PT KFI, Ardi Soemargo,
“Jadi bukan diareal pabriknya, ini masih kami lakukan penelusuran,” ucapnya.
Namun terkait korban,.Ardi pun menyebut, akibat insiden ini, terdapat dua korban TKA (Tenaga Kerja Asing) dimana 1 Orang meninggal dan 1 Orang sedang mendapatkan perawatan intensif di Rumah Sakit.
Adapun penyebab kebakaran masih dilakukan investigasi oleh pihak kepolisian.
Sebelumnya diketahui, bahwa perusahaan yang digagas oleh pengusaha asal Negeri China ini akan menyerap ribuan tenaga kerja lokal yang ada di sekitar Kelurahan Pendingin, Kecamatan Sangasanga Kutai Kartanegara.
Ketika memasuki perusahaan ini, tentu nuansa berbeda akan terasa. Dimana aksara tulisan Tionghoa khas Negeri Tirai Bambu terpampang disetiap sudut area kerja. Bahkan, disebutkan sudah ada 250 orang pekerja asal China dari 1700 orang jumlah pekerja yang ada di perusahaan ini.
Perusahaan Nikel PT Kalimantan Ferro Industri (KFI) ini sendiri terkait dengan perusahaan Nikel yang sudah ada di Sulawesi Tenggara.
Secara resmi, pengoperasian dan pembangunan perusahaan ini akhirnya diresmikan oleh mantan Gubernur Kaltim, Isran Noor pada Selasa (19/8) lalu.
Petinggi perusahaan PT KFI beserta dua konsorsium serta mitra bisnis penyalur bijih nikel juga tampak hadir. Patut diketahui, PT Nityasa Prima pemilik hak guna bangunan (HGB) lokal sementara perusahaan asal China San Yai Tai Hoi Tong New Material Co, Ltd masuk untuk membangun kawasan pabrik. Kedua perusahaan ini membuat konsorsium yamg kemudian menjadi PT KFI. San Yai Tai Hoi Tong New Material Co, Ltd merupakan special purpose vehicle (SPV), yang sudah bergerak di bidang industri nikel sebelumnya di China.
PT KFI dibentuk untuk menindaklanjuti instruksi Presiden terkait dengan hilirisasi sumber daya alam, terutama logam nikel.
Didirikan pada tanggal 26 November 2021, KFI resmi berdiri setelah UU No 03 tahun 2020 tentang Perubahan atas UU No 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara.
KFI menandatangani kontrak Perjanjian jual-beli Tenaga Listrik (PJBTL) dengan PLN Persero sebesar 800 MW pada tanggal 31 Desember 2021 yang menjadi milestone utama pembangunan projek ini berjalan.
Dengan penggunaan listrik full dari PLN, KFI tidak membangun Pembangkit Tenaga Listrik nya sendiri lingkungan sekitar KFI akan lebih terjaga.
Dari awal peletakan batu pertama pada 25 Januari 2022, KFI sekurangnya telah menggelontorkan dana investasi sebesar Rp 5 Triliun sampai saat ini.
Di mana pelaporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) pada quartal 2-2023 yang tercatat kemarin berjumlah Rp 2,7 triliun.
Terkait dengan penggunaan tenaga kerja lokal, sedikitnya ada 1700 tenaga lokal telah bekerja di KFI, dan perekrutan masih aktif berjalan dengan melampaui 6 Kelurahan dan 2 Kecamatan di sekitaran Palaran dan Samarinda Kota.
Pemprov Kaltim mengungkap, nilai investasi PT KFI mencapai Rp 30 triliun.
Kala itu, Isran menyebut, usai bulan lalu di Kutai Timur meresmikan industri semen investasi dari China, tentu roda ekonomi terus bergulir menuju perkembangan yang memanfaatkan hilirisasi.Disini akan ada 4,5 juta nikel diolah ditambah 2 juta baja setelah dilakukan combaine untuk memproduksi, sebagai produk akhir.
Isran mengungkap, bahwa di dunia ada dua negara dengan cadangan nikel terbesar yakni Indonesia dan Australia.
Tetapi kualitas lebih bagus ada di Indonesia, dan terbaik sehingga perlu adanya industri pengolahan sehingga tidak hanya mengekspor bahan baku.
“Jadi ini program negara, industri pengolahan dalam negeri, kita punya bahan baku lengkap banyak yang bisa diolah, untung ada yang mau bangun industri disini, yakni China,” bebernya.