KOTABARU – Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) menjadi ancaman serius bagi peternak di wilayah Kotabaru. Drh. Teguh Arief Rahman, S.KH, yang saat ini menjabat sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Kotabaru, memberikan edukasi penting mengenai penyakit yang sangat menular ini.
Menurut Drh. Teguh, PMK disebabkan oleh virus Aphthovirus dan menyerang hewan berkuku belah seperti sapi, domba, kambing, unta, rusa, dan babi.
Meskipun penyakit ini tidak menular pada manusia dan tidak memengaruhi keamanan pangan secara langsung, penyebarannya yang cepat dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang besar di sektor peternakan.
“PMK bukanlah ancaman bagi kesehatan manusia, namun dampaknya pada produksi ternak sangat besar,” ucapnya.
Virus PMK bisa menyebar melalui cairan dari lepuh atau air liur hewan yang terinfeksi. Hewan dapat terinfeksi bila melakukan kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi, bagian hewan yang terkontaminasi, atau benda yang terkontaminasi seperti peralatan peternakan.
“Virus ini mampu bertahan dalam pakan, air, dan permukaan benda hingga satu bulan, tergantung pada kondisi lingkungan,” terang Teguh.
Bahkan, dalam kondisi tertentu, angin dapat menyebarkan virus ini ke jarak yang lebih jauh. Oleh karena itu, Drh. Teguh menekankan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan peternakan dan menerapkan biosekuriti yang ketat.
Hewan yang terinfeksi PMK akan menunjukkan gejala seperti demam, pengeluaran air liur yang berlebihan, serta lepuh berisi cairan di bibir, lidah, kaki, dan puting. Lepuh ini kemudian pecah, meninggalkan borok yang menyakitkan.
“Gejala lain yang umum terjadi adalah penurunan nafsu makan, penurunan berat badan, dan produksi susu yang menurun pada sapi,” lanjutnya.
Drh. Teguh juga menambahkan bahwa pada hewan muda, PMK bisa berakibat fatal. Inilah yang membuat penyakit ini sangat ditakuti oleh para peternak.
Untuk mencegah penyebaran PMK, Drh. Teguh menganjurkan para peternak di Kotabaru untuk menjaga kebersihan kandang, menghindari kontak dengan hewan yang terinfeksi, dan selalu memantau kesehatan ternak mereka.
Selain itu, vaksinasi dan pengawasan yang intensif sangat penting dalam upaya pencegahan.
Jika ditemukan gejala PMK pada ternak, peternak disarankan untuk segera melaporkannya kepada Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Kotabaru.
“Kami siap memberikan pendampingan dan bantuan teknis untuk memastikan wabah ini tidak meluas,” ujar Teguh.
Melalui edukasi ini, diharapkan masyarakat Kotabaru dapat lebih waspada dan siap menghadapi potensi wabah PMK, sehingga kesehatan ternak terjaga dan dampak ekonominya dapat diminimalisir.
Penulis M.Nasaruddin