Pandai Besi tradisional di Desa Melayu Ilir kecamatan Martapura Timur masih bertahan di tengah maraknya produk pabrikan saat ini.
Seperti Abdussamad, pandai Besi tradisional di Desa Melayu Ilir kecamatan Martapura Timur, dirinya masih menggunakan tenaga dan alat tradisional saat membuat berbagai peralatan, pisau dan parang.
Abdussamad bersama anaknya, sudah 30 tahun menekuni kegiatan ini, meneruskan dari pamannya.
“Saya sudah 30 tahun menjalani usaha ini, meneruskan dari mamarina (paman),” kata Abdussamad.

“Usaha ini udah lama, sudah ada dari kakek, tapi saya di ajarkan oleh paman saya yang menjalani usaha ini,” ungkapnya.
Saat ini lanjutnya, seiring waktu beberapa bahan produksi mengalami kenaikan harga, seperti arang dan besi yang digunakan.
“Besi yang digunakan adalah besi Per kendaraan roda empat, dan besi padat lain. Bahan yang digunakan biasa ia dapatkan dari tempat barang bekas dan orang yang menjual kepada dirinya,” terangnya.

Biasanya, jenis golok (parang) ia jual dengan harga Rp.85 ribu sampai Rp.120 ribu per item tergantung jenis dan ukurannya.
“Tapi ada juga pelanggan yang memesan tempahan sendiri seperti parang, harit (arit) dan pisau dapur, untuk harga Parang mulai dari 80 ribu hingga 100 ribu (rupiah) per item tergantung jenis dan ukuran yang ditempah,” terangnya.
Namun saat ini, dirinya ungkap Abdussamad, dalam sehari ia hanya bisa menerima satu pesanan, dan kebanyakan jenis parang.
Midun, salah satu pelanggan Abdussamad menyampaikan, ia sudah sering memesan alat kebutuhan kebun.
“Sudah lama saya menjadi pelanggan disini, hampir 5 tahun selalu menempa alat kebun disini,” kata Midun.